MERANCANG PEMBELAJARAN INOVATIF

Penulis : Estu Miyarso, M.Pd
Penyadur : Encu Syamsudin, S.Pd
Judul Modul : Perancangan Pembelajaran Inovatif
MERANCANG PEMBELAJARAN INOVATIF
Salah satu kompetensi pedagogik profesi guru yaitu mampu merancang pembelajaran. Perancangan pembelajaran tentu sudah menjadi hal biasa bagi kita selain melaksanakan dan mengevaluasinya.
Perancangan pembelajaran yang baik merupakan salah satu penentu keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam satuan Pendidikan.
Pengertian Rancangan Pembelajaran Inovatif
Menurut Smith & Ragan (1999), rancangan pembelajaran adalah proses sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam pedoman untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Pengertian rancangan pembelajaran sebelumnya dikemukakan oleh Reigeluth (1983) yaitu suatu sistem pengembangan setiap unsur atau komponen pembelajaran, meliputi; tujuan, isi, metode, dan pengembangan evaluasi.
Adapun menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992) rancangan pembelajaran adalah penyiapan kondisi eksternal peserta didik secara sistematis yang menggunakan pendekatan sistem guna meningkatkan mutu kinerjanya. Sejalan dengan itu, Reiser (2002) mengatakan bahwa desain pembelajaran berbentuk rangkaian prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program pendidikan dan pelatihan secara konsisten dan teruji. Dick & Carey (2005) menegaskan desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang dilaksanakan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem itu sendiri meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rancangan pembelajaran adalah suatu prosedur sistematis yang terdiri dari beberapa komponen menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu secara konsisten dan teruji.
Adapun rancangan pembelajaran inovatif dalam hal ini dimaknai sebagai aktivitas persiapan pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan unsur-unsur pembelajaran terbaru di abad 21 dan terintegrasi dalam komponen maupun tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur pembelajaran terbaru yang dimaksud, antara lain; TPACK (technological, pedagogical, content knowledge) sebagai kerangka dasar integrasi teknologi dalam proses pembelajaran, pembelajaran berbasis Neuroscience, pendekatan pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics), HOTS (Higher Order Thinking Skills), Tuntutan Kompetensi Abad 21 atau 4C (Comunication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity), kemampuan literasi, dan unsur-unsur lain yang terintegrasi dalam komponen maupun tahapan rencana pembelajarannya.
a. Karakteristik Rancangan Pembelajaran Inovatif
Sebagai guru di era industri 4.0 abad 21, kita diharapkan mampu menjadi agen pembaruan. Pembaruan yang kita lakukan bisa dimulai dari aktivitas perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, evaluasi hingga tindak lanjutnya. Untuk itu, kita perlu memahami beberapa karakteristik rancangan pembelajaran inovatif abad 21 yang akan Saudara terapkan dalam RPP.
Penerapan unsur-unsur terbaru dalam komponen RPP terletak pada: Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), Tujuan Pembelajaran, Kegiatan Pendahuluan, Inti, dan Penutup Pembelajaran, serta Penilaian Pembelajaran. Hal itu sejalan dengan rencana penguatan karakter siswa pada kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2018). Pembedanya adalah pada unsur TPACK dan Neuroscience sebagai payung konsep pendekatan maupun model pembelajaran yang dipilih dalam rancangan pembelajaran dan juga adanya STEAM. STEAM merupakan salah satu pendekatan pembelajaran baru di Indonesia yang rancangannya akan dibahas khusus pada Modul 4 KB 2. Berikut ini karakteristik rancangan pembelajaran inovatif abad 21 beserta penerapannya dalam RPP, yaitu:
Kolaborasi peserta didik dan guru
Pada era industry 3.0, orientasi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Orientasi ini berangkat dari paradigma bahwa peserta didik merupakan subjek aktif baik secara individu maupun kolektif. Belajar tidak lagi mengandalkan informasi dan pengetahuan dari guru semata tapi lebih menerapkan pilihan aneka sumber belajar sesuai dengan perbedaan karakter, kebutuhan, dan setting yang mengitarinya. Pada era industri 4.0 ini, orientasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik telah berubah menjadi pembelajaran kolaborasi antara peserta didik dan guru.
Ciri rancangan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik maupun kolaboratif biasanya tampak pada komponen tujuan, pilihan strategi pembelajaran, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP. Untuk itu, kita harus mencermati kalimat rumusan tujuan dan kalimat-kalimat kegiatan pembelajarannya di RPP. Saudara juga harus mampu membedakan berbagai pendekatan, model, maupun metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, kolaborasi, atau selainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut contoh rumusan tujuan pembelajaran yang yang berorientasi pada tiga hal tersebut.
Tabel 1. Perbandingan 3 Orientasi Pembelajaran dalam Rumusan Tujuan Pembelajaran
Siswa yang aktif |
Kolaborasi Siswa -Guru |
Guru yang aktif |
Tujuan Pembelajaran |
1. |
Setelah mengamati gambar tumbuhan, siswa dapat menyebutkan 6 kata tanya dengan tepat |
Kolaborasi Siswa -Guru |
2. |
Guru yang aktif |
Setelah membaca teks powerpoint di layar,, siswa dapat membuat kalimat tanya menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif |
dengan benar |
Siswa yang aktif |
Tujuan Pembelajaran
|
Tujuan Pembelajaran
|
Kolaborasi Guru-Peserta didik (√) |
Berpusat pada Peserta Didik (√) |
Berpusat pada Guru (X) |
Ciri berikutnya, RPP yang berorientasi kolaborasi peserta didik dan guru akan tampak pada pemilihan pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang tepat. Untuk pendekatan pembelajaran yang tepat, bisa dipilih Saintifik atau STEAM. Problem based learning, project based learning, cooperative learning, contextual learning, digital learning, atau blended learning adalah pilihan model pembelajaran yang sesuai. Adapun metode pembelajaran yang berorientasi kolaborasi peserta didik dan guru dapat dilakukan dengan tanya jawab, diskusi, demontrasi, bermain peran, simulasi, permainan, praktek, latihan, penemuan, atau eksperimen.
Ciri lainnya yang tampak dalam RPP ada pada langkah-langkah pembelajaran. Berikut contoh deskripsi kegiatan pembelajaran yang berorientasi kolaborasi peserta didik dan guru, kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan berpusat pada guru.
Tabel 2. Perbandingan 3 Orientasi Pembelajaran dalam Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Guru yang |
ratif siswa |
Guru yang aktif |
Siswa yang aktif |
Kolaboratif siswa - guru |
tentang pengalaman menerapkan materi pelajaran sebelumnya sebagai bekal pelajaran berikutnya. 7. Siswa bertanya jawab dengan guru berkaitan dengan materi sebelumnya |
guru cerita siswa |
salah seorang |
dan |
… Siswa menyimak |
6. |
|
siswa tentang pelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pelajaran yang akan disampaikan
berkaitan dengan materi sebelumnya |
Kolabo - guru |
a yang Kolaboratif (√) |
tif |
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran |
Sisw ak |
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran berpusat pada Siswa (√) |
Deskripsi Kegiatan Pembelajaran berpusat pada Guru aktif (X) |
![]() |
-
-
-
- Berorientasi HOTS
-
-
HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir kompleks dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, menganalisis, dan membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. (Resnick:987 dalam Mustaghfirin, 2019:2). HOTS menunjukkan pemahaman terhadap informasi dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar mengingat informasi. Untuk memperjelas pemahaman Saudara tentang HOTS, berikut ini disajikan tabel hubungan dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan.
Tabel 3. Hubungan Level Kognitif dan Dimensi Pengetahuan
No |
Perkembangan Berfikir |
Bentuk Pengetahuan (Knowledge Dimension) |
Kata Kerja Operasional |
Ket Berfikir |
1. |
Mengingat (C1) |
Pengetahuan Faktual |
menyebutkan, mendaftar, mengulang, menirukan |
Lower Order Thinking Skills (LOTS) |
2. |
(Memahami/ C2) |
Pengetahuan Konseptual |
menjelaskan, mengklasifikasikan, menerima, melaporkan |
|
3. |
Menerapkan (C3) |
Pengetahuan prosedural |
menggunakan, mendemonstrasikan, mengilustrasikan |
|
4. |
Menganalisis (C4) |
Pengetahuan Metakognitif |
membandingkan, memeriksa, mengkritisi, menguji |
Higher Order Thinking Skills (HOTS) |
Mengevaluasi (C5) |
menilai, memutuskan, memilih, mendukung |
|||
Mengkreasi (C6) |
Membuat, mengkonstruksi, mendesain, berkreasi, mengembangkan, menulis, menyusun |
(Anderson & Krathwohl, 2001).
Adapun ciri rancangan pembelajaran yang berorientasi HOTS dalam komponen RPP, yaitu: Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) sebagai jabaran Kompetensi Dasar (KD), Tujuan, Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, dan Penilaian Pembelajaran dalam RPP. Dari sini dapat dikatakan bahwa penerapan HOTS dalam RPP cakupannya lebih luas dibanding unsur-unsur pembelajaran terbaru lainnya.
Ciri pertama, RPP yang berorientasi HOTS terdapat pada komponen IPK. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata kerja operasional sesuai perkembangan berpikir tingkat tinggi sebagaimana contoh berikut ini:
Tabel 4. Contoh Penerapan HOTS dalam Indikator Pencapaian Kompetensi
Muatan: Bahasa Indonesia
LOTS
Kompetensi |
Indikator |
3.3 Menggali informasi dari seorang tokoh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan |
HOTS |
4.3 Melaporkan hasil wawancara menggunakan kosakata baku dan kalimat efektif dalam bentuk teks tulis |
HOTS HOTS |
Dari contoh tersebut, dapat dicermati bahwa indikator 3.3.1 bukan termasuk HOTS karena kata kerja yang dipakai masih pada tingkat berfikir rendah C1. Adapun indikator lainnya sudah HOTS karena menggunakan kata kerja tingkat berfikir tinggi C6.
Mungkin kita akan bertanya, apakah dalam 1 RPP semua indikator harus mengandung HOTS? Jawabannya, sebisa mungkin ya. Namun tidak semua KD yang ada dalam silabus mengandung unsur HOTS. Hal ini, tentu saja tidak bisa dipaksakan. Untuk itu, kita perlu mengidentifikasi KD-KD di silabus yang mengandung unsur HOTS atau tidak, dengan cara:
- Melakukan linearisasi antara KI-3 dengan KD pengetahuan, dengan mempertimbangkan:
- Tingkat dimensi kognitif pada KD dan KI, dan
- Melihat hubungan antara level kognitif dan dimensi pengetahuan.
- Melakukan linierisasi KD dari KI-3 dan KD dari KI-4;
- Mengidentifikasi keterampilan yang perlu dikembangkan sesuai rumusan KD dari KI-4; apakah termasuk keterampilan abstrak atau konkrit (Kemdikbud, 2018).
Ciri kedua, rancangan pembelajaran yang berorientasi HOTS ada pada rumusan tujuan pembelajaran dalam RPP. Berikut ini contoh rumusan tujuan pembelajaran yang berorientasi HOTS atau tidak.
Tabel 5. Contoh Penerapan HOTS dalam Tujuan Pembelajaran
Tidak Berorientasi HOTS (X) Tujuan Pembelajaran …. |
Berorientasi HOTS (√) Tujuan Pembelajaran |
1. Melalui kegiatan mengamati tumbuhan, siswa dapat |
…. 2. Melalui kegiatan tumbuhan, siswa |
HOTS mengamati dapat |
LOTS |
mengidentifikasi bentuk dan |
membandingkan bentuk dan |
fungsi bagian tumbuhan dengan fungsi bagian tumbuhan dengan baik. baik. 2. Setelah mengidentifikasi bagian 3. Setelah mengidentifikasi bagian dari tumbuhan, siswa dapat dari tumbuhan, siswa dapat menilai LOTS menyebutkan bentuk dan fungsi bentuk dan fungsi bagian bagian tumbuhan yang baik tumbuhan dengan benar HOTS |
![]() |
Sekarang, coba kita perhatikan! Mengapa tujuan pembelajaran 2 dan 3 pada kolom sisi kanan berorientasi HOTS?
Benar sekali, tujuan pembelajaran 2 dan 3 tersebut beroritentasi HOTS sebab sudah menggunakan kata kerja operasional dengan kategori berpikir tingkat tinggi pada level C4 dan C5.
Ciri ketiga, komponen RPP yang berorientasi HOTS ada pada langkah-langkah pembelajarannya. Integrasi HOTS bisa dilakukan pada Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, maupun Kegiatan Penutup. Berikut ini contoh integrasi HOTS tersebut:
Tabel 6. Contoh Penerapan HOTS dalam Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan |
Deskripsi Kegiatan |
Alokasi Waktu |
Kegiatan Inti
HOTS |
....
.... |
40 menit
LOTS |
Kegiatan Penutup
HOTS |
..
.... |
20 menit
HOTS |
Ciri keempat, RPP yang berorientasi HOTS ada pada komponen penilaian. Integrasi HOTS pada penilaian biasanya tercermin pada instrumen penilaian yang digunakan, baik berupa tes maupun non tes. Untuk membuat instrumen tes yang berorientasi HOTS, perlu diperhatikan langkah-langkah berikut ini:
- Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
- Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Oleh karena itu saudara secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
- Menyusun kisi-kisi soal, Kisi-kisi penulisan soal- soal HOTS bertujuan untuk membantu Saudara dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (1) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (2) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (3) merumuskan indikator soal, dan (4) menentukan level kognitif.
- Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual. Stimulus yang digunakan hendaknya menarik dan konstektual, artinya sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca soal secara utuh.
- Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS demikian juga alternative jawabannya.
- Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban. Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian, sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda (Mustaghfirin, 2019:16-17). Berikut ini contoh soal tes pilihan ganda yang tidak berorientasi HOTS dan yang berorientasi HOTS.
Demikianlah paparan singkat mengenai perancangan pembelajaran inovatif. Rancangan pembelajaran Inovatif mutlak perlu untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran saat ini, mengingat peserta didik dihadapkan pada tantangan hidup yang semakin kompleks dalam ruang lingkup yang lebih global. Namun, Tak ada gading yang tak retak, dalam setiap upaya yang kita ikhtiarkan tidak akan pernah lepas dari ketidaksempurnaan, pasti akan selalu perbaikan, baik dalam hal rancangan penyusunannya maupun dalam penerapan saat proses pembelajarannya. Tapi, kesalahan yang dilakukan ketika berusaha mencoba jauh lebih baik dari pada tidak pernah salah karena tidak pernah mencoba.
Wallaahu’alam......
Cikijing. 19-09-2022 / 22 Safar 1444 H. @11.54 WIB