KEJUTAN TERBESAR TUHAN

PENULIS : ZAHRA SRI RAHAYU (X MIPA 2)
Aku adalah seorang anak tanpa ayah dan ibu yang dibesarkan di panti asuhan. Sekarang aku berumur 14 tahun dan ketika aku pertama kali datang ke sini aku berumur 3 tahun. Katanya, alasanku dibawa ke sini karena dulu mereka menemukanku duduk ditepi jalan sendirian, dan ketika mereka bertanya, aku hanya menangis sampai akhirnya mereka membawaku ke kantor polisi. Mungkin saja aku ada di daftar orang hilang. Tapi ternyata tidak ada laporan orang hilang atas namaku. Para polisi dan pemilik panti membantuku mencari orang tua kandungku. Namun setelah menunggu selama hampir satu bulan, tidak pernah ada orang yang datang membawaku. Akhirnya mereka Seperti itu membawa ku ke panti asuhan ini. seperti itulah kira-kira kejadian yang membuatku ada disini, saat itu aku masih sangat kecil jadi aku tidak ingat bahwa aku pernah mengalami kejadian seperti itu.
"Dean, sudahkah kamu membersihkan kamar?"
Ya itulah namaku. Dean Rose. Dan itu adalah suara teman sekamarku. Aku juga menganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Ralat, semua orang yang ada disini adalah saudaraku.
"Ya, aku akan turun sekarang."
Aku segera turun dan mendekati Anne, wanita yang tadi memanggilku. Usia kami hanya terpaut 2 bulan, tapi Anne tiba 6 bulan lebih cepat dariku. Kata pengasuh disini, sepertiku, Anne ditemukan sedang berjalan-jalan tepat di depan gerbang panti dengan berbagai peralatan dan perlengkapan bayi.
"Anne, ada yang bisa ku bantu?"
Aku melihat Anne sedang memotong sayuran di dapur
"Tolong ambilkan wajan di lemari disana!"
"Baik"
Padahal kami seumuran tapi Anne lebih dewasa dariku. Terkadang dia membantu para pengasuh mengurus anak-anak panti.
"Kau tidak butuh yang lain, Anne?"
"Tidak, kamu mau kemana?"
"Aku akan pergi ke kamar dan belajar"
"Pergilah, tapi jangan lupa turun untuk makan!"
"Kamu tidak belajar? Pekerjaan rumah?"
"Aku sudah menyelesaikannya tadi malam"
"Hm, baiklah"
Aku segera pergi ke kamar dan belajar. Namun, tak lama kemudian ada dua orang asing, laki-laki dan perempuan. Aku mengintip dari jendela kamar, dan entah kenapa aku merasa sangat akrab dengan kedua orang itu. Pemilik panti asuhan segera datang dan menghampiri mereka, lalu mempersilakan mereka masuk ke dalam. Aku segera mengerjakan pekerjaan rumahku.
"Argh, aku tidak bisa fokus, kenapa aku terus memikirkan dua orang asing itu, padahal aku tidak tahu siapa mereka."
Setelah hampir 1 jam mereka berbincang, tiba-tiba pemilik panti asuhan memanggil semua anak untuk berkumpul. Termasuk aku. Ketika kami telah berkumpul, pria dan wanita itu tiba-tiba menangis dan menunjuk ke arah Anne. Ya, satu-satunya orang yang benar-benar kupedulikan. Mungkin karena takut salah, mereka mengambil sebagian darah Anne, untuk melakukan tes DNA. Setelah mereka berbincang-bincang, mereka akhirnya pulang. Namun, meskipun mereka mengatakan Anne adalah anak mereka, Anne tidak bahagia.
"Anne, kamu tidak senang bertemu dengan ayah dan ibumu?" kataku memeluk Anne
"Aku akan senang ketika hasilnya keluar"
Setelah mereka pergi, kami melanjutkan hari seperti biasa. Karena Anne dan para pengasuh sudah selesai memasak, kami langsung berkumpul dan makan bersama. Ya, inilah saat yang paling aku tunggu-tunggu, dimana kita bisa saling berbagi cerita dan pengalaman baru yang kita dapatkan di sekolah.
"Dean, bisa tolong ambilkan beberapa potong sayur untukku?" Tanya Bella si bungsu
Dia yang paling muda disini. Umurnya masih 5 tahn. Dia datang saat masih bayi, diantar seorang wanita muda yang kelihatannya masih pelajar.
"Ya, tentu saja!"
Setelah selesai makan, kami segera keluar untuk membantu para pengasuh. Seperti menyapu halaman, menyiram tanaman, memetik sayuran untuk dimasak nanti. Setelah selesai, kami bergantian mandi.
“Kalian semua sudah mandi?” tanya Giselle si pengasuh hemat bicara
"Sudah!" Kami menjawab serempak
"Bagus, kalau begitu cepat kerjakan pekerjaan rumah kalian!" teriak Merry pengasuh paling galak. Kita tahu Merry tidak galak, Merry sering memarahi kami karena dia menyayangi kami.
Setelah selesai, kami segera bersiap-siap untuk tidur. Beberapa menit kemudian, aku melihat Anne sudah tertidur lelap.
"Kenapa dia mudah sekali tertidur?" aku bertanya pada diri sendiri.
Sulit tidur. Pikiranku terus memikirkan dua orang asing tadi.
"Lupakan saja, mereka bukan orang tuaku, tapi orang tua Anne." Aku sedang berbicara dengan diriku sendiri
Aku terus memejamkan mata agar cepat terlelap. setelah hampir satu jam menghipnotis diri sendiri agar cepat tertidur, akhirnya akupun terlelap.
Dua minggu kemudian, dua orang yang meminta darah Anne kembali dengan beberapa kotak yang aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Seperti biasa, kami langsung pergi dan para pengasuh segera menghampiri mereka.
"Kurasa mereka benar-benar orang tua Anne." Aku berbisik pelan pada Mandy, yang 2 tahun lebih tua dariku.
Ternyata benar, dua orang itu adalah ayah dan ibu kandung Anne. Setelah hampir satu bulan mengurus semua yang diperlukan, Anne akan pergi dengan ayah dan ibunya.
Dadaku sakit, aku menahan tangis saat berpelukan dan berpamitan dengan Anne. Kami juga berpamitan dengan orang tua Anne.
Setelah Anne pergi, aku lebih suka menyendiri dan jarang berbicara, karena aku tidak lagi memiliki teman sebaik Anne, orang yang mengerti tentang semua hal yang ada pada diriku. Sekarang, aku lebih sering menghabiskan waktuku dengan belajar.
Beberapa bulan kemudian, seorang wanita berpakaian rapi memasuki panti asuhan dan mengetuk pintu kamarku. Segera kubuka pintu kamar, lalu aku berteriak sekencang mungkin.
"Hai, Dean!" Kata wanita itu
“Anne, akhirnya kita bertemu, aku sangat merindukanmu” teriakku sambil memeluk Anne dengan erat.
Kami segera pergi ke halaman dan duduk di kursi panjang di depan taman. Setelah hampir 2 jam kami berbincang-bincang, Giselle memanggil kami untuk makan. Anne juga berbagi cerita tentang kehidupan barunya dengan orang tuanya. Ia bercerita kalau ternyata ayah nya sekarang bukan ayah kandungnya, namun ibunya merupakan ibu kandung. Ibunya bercerita bahwa dulu ia terpaksa meninggalkan Anne didepan panti asuhan karena ayah kandung Anne dulu tidak ingin mempunyai seorang anak perempuan. Sejujurnya, aku iri dengan Anne yang bisa bertemu dengan orang tuanya. Semoga aku bisa segera memiliki orang tua meskipun bukan ayah dan ibu biologisku.
Anne menginap selama satu malam di panti asuhan. Kami tidur larut malam karena banyaknya cerita yang kami ceritakan satu sama lain. Banyak yang telah terjadi dengan Anne dan aku selama kami berpisah. Karena tidur larut malam, kami bangun cukup siang. Kami bangun pukul 9 pagi. Setelah selesai mandi ayah dan ibu Anne datang menjemput Anne, jadi kamipun harus berpisah lagi.
Dua bulan kemudian, Giselle dan Mandy, pengasuh baru, membawa seorang anak laki-laki. Kira-kira berumur 5 tahun. Seperti biasa, anak-anak yang dibawa ke sini kalau tidak ingat namanya, akan diberi nama baru. Aku yang memberi anak itu nama. Nama barunya adalah Edward.
Satu tahun setelah kepergian Anne, datang dua orang asing, pria dan wanita. Dan seperti biasa, pemilik panti menghampiri mereka.
Tak lama, Giselle memanggil kami. Kedua orang asing itu menunjukku. Saat itu aku tidak terlalu mau.
"Bagaimana kalau Anne datang kesini dan dia tidak melihatku lagi?" aku berkata dalam hati
Mereka mengurus berkas adopsi atas diriku. Awalnya aku ingin menolak namun pemilik panti meyakinkanku kalau mereka akan menghubungi orang tua angkatku jikalau Anne datang kesini.
Setelah beberapa bulan mereka mengurus surat adopsi, mereka datang kembali dan membawaku. Aku mengucapkan selamat tinggal kepada semua saudaraku disini termasuk para pengasuh dan tempatku tumbuh ini.
Beberapa hari berlalu, aku mulai membiasakan diri tinggal bersama orang tua baruku. Dan hari yang paling aku tunggu-tunggu, yaitu hari ulang tahunku. Ketika aku bangun, ibu dan ayah sedang berdiri di samping tempat tidur sambil memegang kue.
"Selamat ulang tahun sayang!" ucap Ibu dan Ayah bersamaan.
Aku menutup lilin dengan angka 15 di atas kue yang sangat cantik itu.
“Cepat mandi, lalu turun!” kata Ibu
Saat aku turun, aku terkejut melihat semua dekorasi yang telah mereka persiapkan. Kupeluk mereka dan aku berbisik pada mereka.
"Menjadi anak angkat kalian saja membuatku sebahagia ini, apalagi kalau kalian orang tua kandungku. Aku pati menjadi orang paling bahagia di dunia"
Mereka tersenyum kemudian memberiku secarik kertas dan kemudian memintaku untuk membacanya. Ketika aku melihatnya, itu lebih membuatku terkejut daripada ketika aku melihat dekorasi dekoratif sebelumnya, dan kalian tahu apa yang ada di surat itu?
"Apakah kamu benar-benar orang tuaku?" kataku sambil menangis
Ya, kertas itu berisi hasil tes DNA antara aku dan orang tuaku. Dalam surat itu tertulis kalau aku merupakan anak biologis mereka.
"Kenapa kalian tidak memberitahuku sejak kalian membawaku?" Aku menangis karena kesal sekaligus bahagia
“Sebenarnya kami ingin memberi kejutan untukmu. Para pengasuh di panti asuhan sudah tahu. Kami hanya merahasiakannya. Kami diam-diam mengambil helaian rambutmu” kata ibu sambil memelukku
Sejak saat itu, kami melewati hari seperti keluarga lainnya. Aku benar-benar menjadi orang paling bahagia di dunia.