MONSTER

admin  | 18 Ags 2022  | 343 views  |

Penulis : Zahra Sri Rahayu, X MIPA 2, SMAN 1 Cikijing

Hari ini genap 6 bulan aku hidup dibawah tanah. Mungkin semua orang juga begitu. Mari ku ceritakan awal mula mengapa aku bisa berada ditempat yang pengap ini.

6 bulan yang lalu seperti biasa aku memulai hariku dengan secangkir kopi sambil membereskan barang-barang sebelum kubuka swalayan ku. Setelah semua beres, aku mandi dan berganti pakaian bersiap membuka toko. Saat itu waktu menunjukkan pukul 7:30 AM.

"Waktunya membuka toko" ucapku

Kubuka toko dan beberapa orang telah mengantri di depan. Banyak orang yang telah menunggu dan mengantri untuk masuk. Sesaat setelah kubuka toko, mereka berdempetan masuk kedalam dan membeli banyak barang. Aku kewalahan melayani segitu banyaknya orang. Semua karyawan juga mendadak tidak pada datang. 

Ditengah kesibukan seseorang menelepon, itu adalah panggilan dari temanku. Kuangkat telepon dengan sebelah tangan.

"Hei, kebetulan sekali. Cepat datang kesini bantu aku. Para karyawan mendadak tidak datang, banyak pembeli dan aku kewalahan" ucapku memulai pembicaraan


"Toko mu buka? Kau tidak lihat berita, ya?" jawab temanku


"Tidak ada waktu menonton berita, aku sibuk" 


"Cepat tutup saja toko mu"


" Apa? Kenapa? Toko ku sedang rame"

"Cepat tutup saja dan lihat berita" 

Kebetulan saat itu hanya tinggal sekitar dua orang saja dan setelah keduanya selesai melakukan pembayaran aku segera menutup toko. Seperti yang temanku katakan, aku segera menyalakan televisi dan munculah berita tentang makhluk mengerikan yang mirip seperti  seekor simpanse namun memiliki kuku dan taring yang tajam. 

Saat sedang menutup pintu besi toko, seorang wanita berlari ke arah toko ku sambil berteriak namun karena terlalu jauh aku tidak mendengar apa yang ia teriakkan. Seekor makhluk yang tadi kulihat di tv melompat ke arah wanita itu dan mencabik-cabik nya. 

Aku terkejut dan terdiam sesaat. Makhluk itu melihat ku dan berlari ke arahku. Segera kututup pintu besi itu dan 

Brakk

Makhluk itu menabrak pintu hingga pintunya membentuk tubuh makhluk itu. Suara gedoran pintu terdengar semakin keras, kurasa makhluk itu masih hidup. Dengan cepat aku berlari masuk ke dalam dan mengunci pintu kaca toko ku. Aku masuk kedalam ruang menuju bawah tanah, menguncinya dan menahannya dengan sebuah lemari tempat para pegawai menyimpan baju mereka. 

Diberitakan bahwa makhluk dengan nama x devil itu terlepas dari laboratorium penelitian bahkan telah membunuh dan memangsa para peneliti. Makhluk itu tidak hanya satu namun jumlahnya mencapai ratusan. Mereka sangat kuat bahkan bisa menghancurkan kaca tebal sekalipun. 

Ada dua ruang bawah tanahku, lantai pertama tempat untuk menyimpan persediaan barang dan yang kedua terdapat kamar, toilet, dan dapur darurat. Secara tidak langsung aku seperti peramal yang meramalkan akan terjadi bencana di masa depan.

Setelah selesai berbenah ruangan yang akan jadi tempat tinggal sementara ku, aku mencoba untuk menghubungi temanku namun sinyal ponsel ku tidak ada. 

Dan saat itulah awal mula aku terkurung ditempat ini. Berlindung dari makhluk berbahaya yang memangsa manusia itu.

...

Sejak hari pertama hingga saat ini sinyal ponselku tidak pernah muncul. Alasan terbesarnya adalah karena aku berada di ruang bawah tanah.

Persediaan makanan masih cukup untuk beberapa bulan kedepan, meskipun dihari pertama makanan sangat banyak namun aku sadar bahwa bencana ini tidak akan berakhir secepat itu. Jadi, sejak awal aku menghemat makanan ku. 

Dari yang kudengar di berita dulu, mahluk itu memiliki pendengaran yang sangat tajam. Namun penglihatannya di malam hari cukup kurang. 

Saat ini waktu menunjukkan pukul 8:47 PM. Waktunya makan. Aku menyeduh mie cup dan menggoreng telur. Selesai makan aku pergi ke toilet untuk buang air kecil. Semakin hari air semakin berkurang dan sedikit, namun tidak sampai habis. Saat sedang buang air kecil setetes darah menetes. Periode bulananku datang. Aku pergi ke lantai atas untuk mengambil pembalut.

3 bulan terakhir aku tidak mencuci pembalutku karena air yang semakin berkurang. Jadi aku membungkusnya dengan plastik dan ku kumpulkan di dalam kantong plastik besar.

...

Hari demi hari berlalu. Rasa bosan dan rasa penasaran ku muncul kembali. Aku ingin tahu dunia saat ini seperti apa. Aku ingin tahu bagaimana keadaan dunia luar saat ini.

Beberapa kali kucoba untuk pergi dari ruangan yang pengap ini namun rasa takutku menang. Rencana ku untuk pergi dari sini selalu gagal. Namun hari ini aku membulatkan kembali tekad ku untuk pergi. Malam ini pukul 11 PM. sekarang masih pukul 6 PM, jadi aku harus menunggu 5 jam lagi. 

Selagi menunggu, aku menyiapkan beberapa perlengkapan. Ku masukkan makanan siap makan, air minum, senter, dan lainnya kedalam ransel yang tidak cukup besar. Toh rencana ku kali ini hanya untuk melihat keadaan dunia luar saja.

Akhirnya waktu yang kutunggu-tunggu tiba. Waktu menunjukkan pukul 11 malam dan aku telah siap untuk pergi. Ku geser lemari yang menutup pintu besi selama 6 bulan itu. Ku putar kuncinya secara perlahan dan kubuka pintunya. 

Pemandangan pertama yang kulihat adalah toko swalayan ku yang penuh dengan debu di setiap lantai dan rak. Kubuka pintu kaca lalu pintu besi toko. Secara perlahan pintu besi telah ku geser dan tampak pemandangan malam yang sunyi dan gelap gulita. 

Aku keluar dan menghirup udara malam yang sangat ku rindukan. Lampu jalanan sudah redup bahkan beberapa ada yang mati. Dunia seperti mati, tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia. Tidak mungkinkan kalau semua manusia telah mati dan hanya aku yang tersisa sendirian. 

Aku berjalan cukup jauh dari toko. Tanpa berpikir bahwa bahaya masih mengancam. Dari kejauhan terlihat seekor makhluk berlari di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Yap, makhluk itu adalah x devil. Aku berlari secepat yang aku bisa dan kembali ke toko. Makhluk itu sangat cepat dan menerkam ku. Aku terjatuh dan terguling akibat dorongan mahluk itu. 

Semakin mendekat makhluk itu melompat mencoba menerkam ku namun sebuah botol api datang dari belakang tubuhku dan membakar mahluk itu. Seseorang datang dan menarik ku berlari menjauhi mahluk itu. 

"Kau mau membawaku kemana?" ucapku dengan nafas terengah-engah

"Kemanapun bersembunyi dari makhluk itu" jawab seorang lelaki yang menarikku

"Aku punya tempat persembunyian yang aman"

Kutarik lelaki itu masuk kedalam toko dan segera kututup pintunya

"Aku bertahan hidup disini sejak hari pertama bencana datang. Toko ini milikku" ucapku

"Kau tidur didalam toko? Memangnya ada tempat tidur?" tanya lelaki itu

"Ada ruang bawah tanah disini, aku tinggal disana. Banyak makanan juga. Ayo, cepat masuk"

Ku ajak lelaki itu masuk kedalam ruang bawah tanah ku dan kami makan bersama

"Kau hidup ditempat yang cukup nyaman, banyak makanan dan toilet serta dapurpun ada, kenapa kau harus pergi keluar?" 

"Yahh, ku kira dunia sudah kembali seperti dulu"

"Gila. Kalau aku jadi kau, aku akan terus diam disini sampai mati pun tak apa"

"Kau mau mati ditempat seperti ini? Dengan keadaan dunia yang seperti ini?" 

"Lebih baik mati seperti itu daripada mati tercabik-cabik bahkan dimakan mahluk tadi"

"Kau punya radio?" lanjut lelaki itu

"Ada, namun tidak disini. Radio ku ada di dalam toko dekat meja kasir"

"Kau tidak tahu, ya, setiap bulan ada berita tentang bagaimana kehidupan kita selanjutnya. Meskipun beritanya belum ada yang baik. Kenapa kau tidak membawanya kesini?"

"Aku saja baru keluar dari ruangan ini tadi, dan lagi ponselku tidak ada sinyal jadi kurasa radio akan sama saja jika kubawa kesini"

"Kalau begitu ayo kita pergi ke atas"

"Untuk apa?"

"Radio"

"Baiklah"

Kami berdua pergi ke atas untuk mengambil radio. Lelaki itu mulai menyalakan radio dan benar saja, sedang disiarkan berita yang berhubungan dengan kehidupan kita selanjutnya. 

Disiarkan bahwa akan ada pengevakuasian warga yang selamat oleh pihak militer. Namun tempat evakuasi berada cukup jauh dari dari toko ku. 

"Ayo, kita pergi. Kau punya senjata? Atau peluru?" ucap lelaki itu

"Oiya, argh aku lupa"

"Kalau kau punya kenapa keluar tanpa senjata?" 

"Sudah kubilang aku lupa. Sebentar, akan ku cari"

Aku mengobrak-abrik ruang bawah tanah ku. Baru kuingat bahwa aku memiliki senjata. Saat Ayah menyerahkan toko ini padaku, Ayah pernah bilang kalau ia memberiku senjata api dan pelurunya. Tentu saja. 

"Seingatku Ayah menyimpannya disini, tolong angkat keramik ini" ucapku menunjuk ke sebuah keramik di sudut ruang

Diangkatnya keramik itu dan benar saja. Ada sebuah kotak besi yang sudah karatan. Ku ambil dan ku buka kotak tanpa kunci itu. Nampak dua buah senjata dan banyak peluru. 

"Bagus, ada dua. Kau satu dan aku dua, aku punya senjata lain namun tak berpeluru" 

"Kau bisa memakai senjata, kan?" lanjut lelaki itu

"Aku pernah belajar" 

"Kenapa disini bau anyir darah?" 

"Pembalut belum dicuci. Air semakin berkurang jadi tidak ku cuci. Tadinya mau kubuang keluar saat keluar tadi, tapi aku lupa"

"Kau sedang menstruasi? Pantas saja makhluk tadi tiba-tiba datang, mereka suka dengan bau darah"

"Aku tidak tahu, jadi bagaimana? Menstruasi ku sebentar lagi selesai"

"Kalau begitu kita tunggu sampai menstruasi mu selesai, toh pengevakuasian masih 3 hari lagi"

Saat ini sudah malam dan kami pun beristirahat. Lelaki itu tidur di lantai atas sedangkan aku di lantai kedua. 

...

Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu tiba, menstruasi ku telah selesai dan besok adalah hari evakuasi. Kami tidak yakin akan sampai ditempat evakuasi dalam satu hari karena kami tidak tahu bahaya apa yang sedang menanti. 

Semua persiapan dan rencana sudah kami susun dengan matang. Kami akan pergi saat hari mulai gelap. Menyusuri jalan-jalan kecil sambil bersembunyi dari makhluk-makhluk mengerikan itu. Lelaki itu juga mengajariku bagaimana cara kerja peluru agar bisa membunuh mahluk itu sekali tembak, dia bilang harus menembak perut hingga menembus tulang ekor nya. 

Aku tidak cukup mahir menembak, jadi kurasa tidak akan berhasil dengan satu tembakan saja. Tapi tak apa, aku akan berusaha. 

Kami makan banyak sebelum pergi dari tempat paling aman ku ini. Hari mulai gelap dan kami pun berangkat. Sebelum pergi keluar lelaki itu melihat-lihat sekeliling dan situasi cukup aman. 

Kami berjalan melewati halaman belakang rumah warga, berjaga-jaga agar jika sesuatu terjadi kami dapat dengan mudah bersembunyi. Meskipun tidak tahu kami akan bersembunyi dimana nanti.

Kami sudah berjalan selama 2 jam lebih, namun sejauh ini kami belum bertemu dengan makhluk mengerikan itu. Semoga tidak. Tadinya aku berencana untuk pergi dengan mobil ku, bensin nya masih cukup banyak. Namun itu berarti kami harus melewati jalan besar dan itu sangat beresiko.

"Masih seberapa jauh?" tanyaku mulai kecapekan

"Kita baru berjalan sekitar 6 km, artinya masih 16 km lagi"

"Apa? Sejauh itu? Sejak tadi kita belum bertemu mahluk itu, kenapa tidak dipakai saja mobilku"

"Kalau kita memakainya, kita bahkan tidak akan sampai ke sini"

"Aku capek, ayo istirahat sebentar"

"Baiklah"

Kami mengeluarkan biskuit yang sebelumnya kami  bawa, memakan itu bersama dan beristirahat kurang lebih selama 1 jam. Sebenarnya lelaki itu mengajakku sejak 30 menit yang lalu namun aku terus mengulur waktu. Aku juga mengantuk, terbiasa banyak tidur selama diruang bawah tanah membuatku tidak kuat begadang.

Waktu menunjukkan pukul 10.30 malam, biasanya aku sudah tertidur nyenyak namun kali ini masih terbangun dan harus berjalan kaki sejuah 23 km. Kami melanjutkan perjalanan namun kali ini melewati halaman depan perumahan. Selama perjalanan kami mengobrol engan suara kecil, berharap mahluk-mahluk mengerikan itu tidak mendengar kami. 

Seperti tadi, mereka tidak ada. Kami belum melihat satupun dari mereka. Sebenarnya itu hal yang bagus. 

Kami melewati banyak kendaraan hancur. Bukan karena kecelakaan tapi hampir semua kaca mobil itu pecah. Mungkin akibat mahluk-mahluk itu. Banyak tulang-tulang manusia yang berserakan, semua tulang telah bersih tak ada satupun daging yang melekat. Mengerikan.

4 jam berlalu kami terus berjalan tanpa henti. Dalam jarak sekitar 8 meter kami melihat seseorang. Sendirian sedang duduk menyender pada pagar rumah. Kami menghampiri wanita itu dan dia juga menyadari kehadiran kami.

"Hei, kalian mau pergi ke stadion?" wanita itu bertanya lebih dulu

"Ya, kau juga?" aku balik bertanya

"Iya, sebenarnya aku pergi bersama suamiku, tapi karena aku banyak beristirahat jadinya dia pergi duluan, kami akan bertemu di stadion" jawab wanita itu

"Kalau begitu mau pergi bersama?" tanyaku

"Apa? Kenapa kau mengajaknya, sudah dia bilang kalo dia lambat dan banyak istirahat, bagaimana kalau dia menjadi beban" ucap lelaki yang sejak tadi bersamaku dengan berbisik

"Tidak mungkin kan kita meninggalkannya disini sendiri" jawab ku berbisik

"Aku tidak peduli"

"Aku peduli"

"Tsk, kau punya senjata?" tanya si lelaki pada si wanita

"Tidak ada, tapi aku membawa pisau" jawabnya sambil mengeluarkan sebuah pisau dapur 

"Apa? Pisau dapur? Yang benar saja" protes si lelaki 

"Sudahlah, egois sekali kau" ucapku sambil menyiku lelaki itu

Kami melanjutkan perjalanan bersama wanita tadi. Dan benar saja, baru 45 menit berjala, wanita itu meminta istirahat. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 3:15 AM, perjalanan masih 3 km lagi. Menurut berita, evakuasi dilakukan pukul 5 AM dan kami harus sampai sebelum waktunya. 

"Sudah kubilang jangan ajak wanita itu. Dia terlalu lemah, berjalan sebentar saja sudah meminta istirahat. Kalau begini kita akan telat" ucap lelaki itu berbisik

"Berisik, kita juga belum istirahat sejak tadi. Aku juga lelah" jawabku tenang

Mau tidak mau lelaki itu ikut beristirahat bersama kami. Selama 15 menit kami beristirahat dan kami pun melanjutkan perjalanan. Waktu menunjukkan pukul 3:30 AM. Cukup mustahil untuk kami sampai di stadion sebelum jam 5 AM. 

Kami berlari sekencang-kencangnya menuju ke stadion. Kami berlari tanpa memperhatikan keadaan dan lagi kami berlari di jalan besar. Suara berlari kami juga cukup berisik sehingga menyebabkan makhluk yang paling kami takuti datang. Makhluk itu datang dari arah sebelah kanan kami melompat dari atap sebuah rumah. 

Seketika kami terdiam dan perlahan mundur. Namun dari arah belakang datang satu makhluk lagi. Aku dan si lelaki mengeluarkan pistol kami dan menembak makhluk itu. Aku mengurus yang dibelakang dan lelaki itu yang disebelah kanan kami. Aku membutuhkan sekitar 4 tembakan untuk membuat makhluk itu mati sedangkan lelaki itu hanya 2 tembakan. 

Suara pistol kami yang berisik membuat makhluk-makhluk itu semakin banyak berdatangan. Kami berlari sekuat mungkin sambil sembarangan menembaki makhluk-makhluk itu. Tiba-tiba dari arah sebelah kiri kami datang sebuah mobil melaju kencang, para penumpangnya melempari banyak botol api dan membakar makhluk-makhluk itu. 

"Hei, cepat naik!" teriak seorang lelaki dari dalam mobil

Kami segera naik dan mobil pun melaju

"Kenapa mahluk itu bisa sampai menemukan kalian? Padahal kalian berjalan kaki" tanya seorang wanita yang ada di dalam mobil

"Tadi kami berlari karena kami takut telat ke stadion. Sepertinya suara larian kami terdengar, dan lagi kami menembak dua mahluk berkali-kali. Mungkin karena itu juga" jawab si lelaki yang bersamaku

"Jadi suara tembakan itu berasal dari kalian, ya"

"Kalian bagaimana? Bukankah suara mobil berisik"

"Iya, maka dari itu banyak makhluk yang mengejar kami, namun dia berhasil membuat mesin otomatis yang jika terkena sensor akan langsung membakar kalian" tunjuk wanita itu pada seorang lelaki yang sedang mengemudi

Dan benar saja, banyak mahluk yang berdatangan menghampiri kami, namun api menyembur dan membakar mereka semua. Aku baru tahu ternyata mereka bisa mati kalau terbakar api. Pantas saja waktu itu lelaki itu melemparkan botol api ke mahluk itu. 

Dari kejauhan terlihat sebuah helikopter hendak mendarat. Kurasa itu helikopter yang akan mengevakuasi kami. Ada 2 helikopter yang mendarat dan itu cukup untuk mengangkut kami semua. Jumlah kami ada 5 orang. 

Saat sampai di stadion, ternyata banyak orang yang masih hidup. Kukira selama ini hanya aku saja yang hidup. Jika seperti ini 2 helikopter tidak akan cukup untuk mengangkut kami semua. Semua orang dengan cepat saling berebut untuk masuk ke dalam helikopter. 

Semua orang berteriak dan saling mendorong, suara berisik mereka mengundang perhatian makhluk-makhluk mengerikan itu. Semua orang menjerit dan berlarian tak tentu arah. Kami berlari menuju tempat yang tertutup. Kutarik wanita yang tadi kuajak karena dia hanya terdiam dan seperti mencari-cari seseorang. 

Dari luar terdengar suara teriakan orang-orang dan suara teriakan makhluk-makhluk mengerikan itu. Aku gemetar mendengarnya, kami semua saling berpelukan dan menangis dalam diam. 

Suara-suara dari luar sudah tidak terdengar lagi. Kami menunggu lebih lama sebelum mengintip keluar. Berjaga-jaga takut kalau mahluk itu masih ada diluar sana. 

Setelah cukup lama menunggu, kami baru berani mengintip keluar. Masih ada beberapa makhluk yang sedang menjilati sisa-sisa darah dari manusia-manusia tadi. Pemandangan yang sangat mengerikan. Kami berdiam diri di ruangan yang sepertinya tempat berganti pakaian.

"Hei, aku belum tahu nama kalian semua" ucapku memecah keheningan

"Aku Cain" ucap lelaki yang bersamaku sejak awal

"Charlotte" ucap si wanita yang ku ajak tadi

"Aku Amber" ucap wanita yang tadi menyelamatkan ku, Cain, dan Charlotte 

"Edwin" ucap si lelaki pengemudi 

"Kau kau? Siapa namamu?" tanya Amber

"Ah, aku Chloe" jawabku

"Nama yang bagus" 

"Terimakasih"

Kulihat ke arah Charlotte dan dia terlihat murung

"Charlotte, kau kenapa?" tanyaku

"Apakah suamiku sudah mati? Aku tidak melihatnya sejak sampai ditempat ini. Dia bilang kami akan bertemu lagi di stadion"

"Pantas saja tadi kau terdiam dan seperti sedang mencari-cari seseorang" ucap Amber

Charlotte mulai menangis dan memaksa untuk keluar dari ruangan ini. Kami berusaha menahan Charlotte untuk tidak keluar dan menenangkannya. Setelah Charlotte cukup tenang, Amber mengeluarkan sebuah radio dari ransel nya. 

"Lihat, aku membawa radio" ucap Amber

Amber mulai menyalakan radionya dan berita tentang kejadian tadi pun disiarkan. Penyiar juga memberi sebuah nomor untuk dihubungi bila masih ada orang-orang selamat yang butuh dievakuasi. Kami segera mengeluarkan ponsel namun sinyal tidak terlalu kuat, kami harus keluar. 

Hari semakin siang jadi kami memutuskan untuk keluar saat malam hari. Daya baterai ponsel ku semakin berkurang karena terakhir kali aku mencharger nya saat aku masih di ruang bawah tanah dan itu kemarin. 

Malam pun tiba dan Cain mengintip keluar untuk melihat keadaan. Masih ada satu makhluk yang berkeliaran di luar dan itu akan sulit. Mereka masih terbangun. Mungkin mereka tidak pernah tidur. Aku tidak tahu. 

Kami rasa mahluk itu tidak akan pergi secepat itu, jadi kami memutuskan untuk keluar besok malam. Kami semua tidur beralaskan lantai yang dingin. Ransel kami jadikan sebagai bantal dan jaket sebagai selimut. 

...

Hari esok pun tiba, kami berbagi makanan yang kubawa. Meskipun jumlahnya hanya cukup untuk makan seharian satu orang saja. Waktu menuju malam terasa sangat lambat, kami habiskan waktu dengan membuat rencana jikalau pengevakuasi masih tidak bisa mengevakuasi kami. 

Hari sudah gelap dan udara malam terasa sangat menusuk. Kami mengintip keluar dan diluar sangat hening. Kami rasa mahluk itu sudah pergi. Saat itu yang keluar hanya para lelaki. Cain dan Edwin. Kami para wanita menunggu di dalam ruangan sambil memperhatikan keadaan sekitar. 

Cain memberi sebuah kode jempol yang berarti terdapat sinyal disana. Terlihat dia mencoba menelepon dan sepertinya berhasil. Cain berbicara cukup lama dengan penerima telepon. Namun saat selesai menelepon dia terlihat seperti kesal. 

Cain dan Edwin kembali kedalam ruangan dan menceritakan semuanya kepada kami. Dia terlihat marah sejak selesai menelepon. Kurasa akan ada berita tak baik. 

"Mereka tidak bisa mengevakuasi kita dalam waktu dekat" ucap Cain

"Kapan mereka bisa menjemput kita?" tanya Amber

"Sekitar 3 harian" 

"Kalau begitu kita bisa menunggu disini sampai waktunya tiba" 

"Persediaan makanan hanya sedikit, dan lagi kita ada 5 orang"

"Kalau begitu kita harus berhemat, tidak mungkin kan kalau kita harus keluar dari sini hanya untuk mencari makanan" 

"Kau benar"

Kami harus menghemat makanan yang bahkan hanya cukup untuk dihemat oleh satu orang. Semua orang merasakan kelaparan. 

Hari demi hari berlalu, kami berhasil bertahan hidup. Pengevakuasi akan menjemput kami pada malam hari. Tidak ada apapun yang kami persiapkan, karena semua perlengkapan telah habis. Ponselku juga tidak menyala karena kehabisan baterai. 

Malam tiba dan benar saja, sebuah helikopter charter datang. Kami telah menunggu di luar karena saat itu sangat sunyi dan kami pikir tidak ada makhluk-makhluk mengerikan itu. 

Sebelum helikopter berhasil mendarat, beberapa makhluk mulai berdatangan namun berhasil kami bunuh. Saat helikopter berhasil mendarat, kami segera mendekat dan naik, Cain dan Edwin menembaki makhluk-makhluk yang datang semakin banyak. Saat Edwin hendak naik, Charlotte turun dan berlari ke arah sebuah tumpukan barang. 

Edwin mengejarnya namun Charlotte terlihat seperti mencoba menggapai barang-barang yang menumpuk yang ternyata adalah barang milik suaminya. Makhluk-makhluk mengerikan itu mendekati mereka berdua, Edwin berusaha untuk membunuh semua makhluk itu namun mereka terlalu banyak. Cain berusaha untuk membantu mereka, menembaki makhluk-makhluk itu dari helikopter. 

Amber berteriak dan hendak turun dari helikopter namun berhasil kutahan. Helikopter berangkat meninggalkan mereka berdua. Saking banyaknya makhluk itu, mereka berdua tidak berhasil membunuh mereka semua namun sebaliknya, makhluk-makhluk itu berhasil memangsa Charlotte dan Edwin. 

Kami bertiga menangis dan helikopter terus terbang semakin tinggi menjauhi tempat itu. Akhirnya kami selamat dan berhasil keluar dari neraka itu.