BERSEPEDA

PENULIS : ZAHRA SRI RAHAYU (X MIPA 2)
Hari ini adalah hari minggu. Aku dan Ayah berencana untuk bersepeda ke daerah pegunungan. Cuaca cerah namun jalanan becek karena terguyur hujan yang sangat deras semalam. Bahkan tadinya kami tidak jadi pergi karena sepertinya hujan tidak akan reda, namun ternyata sebaliknya.
Semua bekal telah kami siapkan, rencananya kami akan piknik kecil-kecilan disana. Makanan berat, makanan ringan, air minum, tikar, dan jas hujan (berjaga-jaga takut terjadi hujan lagi) telah kami siapkan. Kami juga membawa ponsel (untuk membuka gmaps) dan kamera untuk kami berfoto-foto. Masing-masing dari kami membawa ransel, semua barang bawaan dibagi menjadi dua. Makanan dan minuman ada didalam ransel Ayah dan dalam ransel ku ada tikar, jas hujan, dan kamera.
Aku menggunakan kaos panjang berwarna biru muda dan celana jogger panjang berwarna hitam, kau kaki hitam pendek, dan sepatu hitam. Tak lupa, topi dengan warna senada dengan bajuku. Sedangkan Ayah, dia menggunakan kaos pendek dengan warna yang sama denganku, celana pendek warna biru tua, topi dengan warna yang juga sama dengaku, kaus kaki hitam, dan sepatu hitam.
Waktu menunjukkan pukul 6.30 AM. Kami berpamitan pada Ibu dan berlalu meninggalkan rumah. Jarak dari rumah kami ke daerah pegunungan cukup jauh, dan lagi ini pertama kalinya untuk kami pergi ke daerah pegunungan.
Karena ini kali pertama kami, Ayah membuka ponsel dan meminta bantuan pada gmaps. Kami tidak tahu apakah nanti disana masih ada sinyal atau tidak.
Jalanan yang telah kami lalui semuanya basah. Beberapa terdapat genangan air dimulai dari genangan yang kecil hingga genangan besar dan dalam. Pohon-pohon yang terlihat kecil ketika kami lihat dari rumah kini semakin membesar, itu artinya kami semakin dekat dengan tempat tujuan kami. Sinyal ponsel juga semakin berkurang bahkan ponsel milikku bar sinyal nya sudah bertanda silang.
Beberapa menit berlalu dan benar saja, ponsel ayah juga sudah tidak bisa digunakan lagi. Kami juga telah sampai di daerah pegunungan, jadi sepertinya kami sudah tidak membutuhkan gmaps lagi. Dari jalan raya, kami harus berbelok melewati jalan kecil dari tanah. Itu satu-satunya jalan agar kami dapat naik ke puncak.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 8.17 AM, ternyata kami telah mengayuh sepeda kami selama 1 jam 47 menit tanpa henti. Pantas saja aku sudah ngos-ngosan dan betisku rasanya hampir meledak.
“Ayah, aku capek” ucapku lalu berhenti
“Sebentar lagi kita sampai, minum saja dulu” jawab Ayah dan ikut berhenti
Kami meminum air putih yang kami bawa dan beristirahat sekitar 7 menit. Terlihat Ayah bersiap-siap untuk mengayuh kembali.
“Ayo cepat, sedikit lagi kita sampai” ajak Ayah
Aku bersiap meskipun sebenarnya rasa cape ku belum hilang. Kami melanjutkan perjalanan memasuki jalanan yang licin karena air hujan semalam itu. Sisi kanan dan sisi kiri kami adalah pohon teh yang lebat.
Saking licinnya jalanan yang kami lalui, aku dan Ayah beberapa kali terpeleset. Banyak juga genangan air yang bahkan dalamnya membuat seperempat sepeda kami tenggelam. Bahkan sepatu kami telah basah dan berlumpur.
Beberapa menit berlalu dan kami dihadapkan dengan genangan air yang sepertinya lebih dalam dari yang kami lewati sebelumnya. Aku sebenarnya cukup ragu dan hendak mengajak Ayah untuk berhenti sampai sini saja, namun Ayah tetap melaju dan ia berhasil melewati genangan air yang memang dalam itu.
Kini sepatu Ayah benar-benar basah, bahkan sebagian betisnya saja sudah basah karena air. Jarak aku dan Ayah hanya terhalang genangan air itu saja.
“Ayo!” teriak Ayah
“Aku takut, bagaimana kalau kita kembali saja?” jawabku
“Hanya melewati genangan air saja, kamu pasti bisa. Kita sudah sejauh ini. Tidak mungkin menyerah karena genangan air saja.”
Aku terdiam dan memikirkan kalimat Ayah, memang benar aku dan Ayah telah sampai sejauh ini. Dan lagi Ayah tadi berhasil melewatinya.
Aku menggulung celana jogger ku sampai lutut, dan mengayuh sepedaku dengan cukup kencang. Sepeda terasa sangat berat namun ternyata aku berhasil melewatinya. Sepatuku juga jadi semakin basah, betisku juga.
“Sudah Ayah bilang kamu pasti bisa.”
Aku dan Ayah melanjutkan perjalanan. Jalanan semakin menanjak dan beberapa menit kemudian kami akhirnya sampai ditempat tujuan kami.
Kami sampai ditempat yang sangat indah, kami turun dari sepeda dan terkagum-kagum melihat pemandangan yang begitu indahnya. Tempat yang kami pijak adalah padang rumput yang hijau dan masih basah karena hujan. Langit yang biru dan cerah serta awan-awan putih yang menutupi matahari menambah keindahan surga dunia ini. Dari atas terlihat hamparan kebun teh yang hijau dan tersusun rapi.
Kami segera menggelar tikar dan menyantap makanan yang kami bawa. Setelah selesai makan, kami membereskan semuanya tak lupa membawa pulang sampah dari bungkus makanan ringan kami.
Kami berfoto-foto dengan kamera yang kami bawa dan menikmati keindahan tempat itu hingga akhrnya waktu menunjukkan pukul 10.26 AM. Matahari juga kini telah keluar dari tempat persembunyiannya. Ayah mengajakku pulang meskipun aku masih ingin berlama-lama ditempat ini. Tapi tak apa, suatu saat aku pasti akan kembali lagi ke tempat indah ini.
Kami bersiap untuk pulang, aku harus melewati tempat dimana tedapat genangan air tadi. Namun ternyata jalanan telah kering, genangan air tadi juga telah berkurang. Jalanan yang kami lewati hingga rumah telah kering dengan cuaca yang sangat cerah. Aku dan Ayah kembali ke rumah dengan perasaan yang bahagia.